Sunday, April 3, 2016

RAMMANG-RAMMANG adalah travel highlight kami kali ini. Sebetulnya pada saat mengeksekusi tiket, kami belum tau mau kemana di Makassar ini. Seperti biasa, Bubu blog walking, browsing sanasini, sampe nemuin tempat ini. Namanya RAMMANG-RAMMANG KARST yang konon kabarnya merupakan hutan batu kapur terbesar ketiga di dunia setelah Tsingy di Madagaskar dan Shinlin di Tiongkok. Luas hutan batu di RAMMANG-RAMMANG sekitar 45 hektar... wow luas bingit ya.

Arti kata RAMMANG-RAMMANG sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yaitu awan atau kabut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arti kata RAMMANG-RAMMANG adalah sekumpulan awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini diberi nama RAMMANG-RAMMANG dikarenakan awan atau kabut yang selalu turun terutama di pagi hari atau ketika hujan.

Celah Untuk Nyebrang Jalan :)


Menuju lokasi ini boleh dibilang angkot friendly banget, karena ga jauh dari jalan raya. Dari simpang Bandara, kita tinggal menyeberang dan naik pete-pete jurusan Pangkep. Kita minta turun aja di Bosowa dan menyeberang. Dari depan jalan Bosowa sampe ke dermaganya kurang lebih 1 km. Kalo ga mau capek, ada ojek dan beberapa pete-pete juga masuk ke dalam.

Karena sampe masih kepagian, jam 8 pagi aja, dan belum sarapan, kita mampir dulu deh ke warung yang ada tulisan Sop Saudara. Makanan khas Makassar ini belum pernah kita cicipi selama disini. Begitu masuk dan duduk, kita pesan sopnya... ternyata kurang beruntung deh kita, si empunya warung belum masak sop ini, jadi kita mesen mie instan aja plus nasi. Yang penting ganjel perut daripada pingsan di dalam... hehe.


Ternyata Bapak empunya warung ramah sekali. Dia banyak cerita soal RAMMANG-RAMMANG yang sedang booming saat ini. Sebelumnya, tempat ini belum disadari potensi wisatanya. Setelah beberapa orang kesini, dari mulut ke mulut, sampai berkembanglah lokasi ini jadi salah satu tempat wisata andalan Makassar. Katanya bulan April, mau dikucurkan lagi dana desa dari pemerintah. Mudah-mudahan aja ini dijadikan untuk mempercantik akses ke sana. Karena belum tau lokasi persisnya, bapak ini menawarkan diri untuk mengantar dengan mobilnya 20ribu aja sampe ke dermaga. Wah lumayan lah, daripada cape-cape jalan kaki.

Papan Arah Menuju Dermaga 1 atau Dermaga 2

Jajaran hutan batu kapur bisa kita nikmati dengan menyusuri Sungai Pute. Perahu-perahu disewakan di sekitar dermaga. Ada 2 dermaga, dermaga 2 yang berlokasi di belakang kantor PLN dan dermaga 1 yang tidak jauh dari situ ada di pinggir jalan. Harga untuk sewa perahu dari 200-400ribu, tergantung besar perahu dan orang yang dibawa. Untuk perahu kami dibanderol 250ribu. Biar ga silau man dan bagus juga buat property photo, disewakan caping-caping seharga 5ribu rupiah aja.


Kami hari ini memilih melewati Dermaga 1, katanya sih jalur yg paling jauh sehingga sudah pasti jalur ini yang kami pilih.


Perahu sudah dapat, let's start our adventure. Perahu bermesin motor ini membawa kami menyusuri jajaran KARST. Dari dermaga kita sudah bisa melihat jajaran batu di tengah-tengah sungai. Lanjut ke dalam, pemandangan KARSTnya makin keren... speechless deh...  Subhanallah... indahnya ciptaan-Nya.





Menyusuri gunung KARST raksasa, melewati taman batu , merunduk pada saat melewati gua dan jembatan batu, sampe melihat monyet-monyet bergelantungan. Unforgettable experience deh buat kami.

Rambu-rambu di Sepanjang Sungai Pute

Sungai Pute ini juga dikenal dengan sungai yang lengkap. Apa tuh maksudnya lengkap?! Karena sungai ini banyak sekali dilengkapi dengan marka-marka jalan. Memangnya jalan darat doang yang butuh marka..... Sungai juga butuh dong.... Hebat nih yg bikin, Safety First!!!


Kira-kira 30 menit menyusuri sungai, kita sampai deh di Kampung Berua. Sepertinya kita pengunjung pertama pagi itu. Masuk ke kampung ini dikenai tiket 2500 per orang.
Kampung Berua ini, seperti desa tersembunyi yang dikelilingi oleh bukit-bukit batu KARST. Kampung ini hanya berpenduduk beberapa keluarga aja dengan rumah panggung yang letaknya terpencar. Kami datang sepertinya pada musim yang tepat.



Sawah-sawah menghijau dan beberapa sudah siap dipanen. Walopun ga sengaja datang pas musim penghujan, menurut pengalaman traveler yang pernah kesini, memang musim terbaik mengunjungi tempat ini adalah di musim hujan. Sawah yang menghijau, kolam dipenuhi air dan ikan menambah keindahan tempat ini.



Di sini Nam belajar banyak. Kita mengawali penelusuran dengan duduk-duduk di semacam dermaga dengan view bukit KARST. Sambil menikmati Bukit KARST, Nam tertarik dengan ikan dan udah sungai. Dia hepi banget melihat berbagai jenis ikan dan udang dari pinggir sawah.

Yang Bisa di Foto yg Kecil-kecil Aja, Yang Guede-guede Susah....

Kita di ajak mampir ke rumah si bapak pemilik perahu. Ngopi-ngopi sambil ngobrol-ngobrol, kami ditawari untuk tracking melihat batu king kong dan gua telapak tangan. Setelah tenaga ngumpul, kita sepakat untuk ikut tracking. Kebetulan ada rombongan keluarga yang baru datang, jadi kita berombongan ke sana.

Menjelaskan Padi ke Nam


Kita tracking melewati pematang sawah. Sambil berjalan Bubu jelaskan ke Nam mengenai tanaman padi sampai jadi nasi. Kebetulan saat itu sedang panen. Nam bisa melihat petani memanen tanaman padinya sampe penggilingan beras. beberapa kali Nam jatoh, tapi anak pintar ini ga nangis, tetep lanjut minta jalan di pematang.



Paling dia minta digendong pas melewati lubang, karena takut jatuh. Di sepanjang jalan Nam juga melihat sapi. Tapi kata Nam, sapinya beda ama yang di mesjid, yang dia lihat waktu idul Qurban... hehe... karena sapi di sini dari yang kuecil sampe ibunya.



Kira-kira 20 menit jalan, sampe juga ke gua telapak tangan dan gua king kong. Gua King Kong ini di angel tertentu mirip king kong. Kita dipotoin deh sama bapaknya di posisi yang mirip King Kong. Kemudian gua telapak tangan manusia dulu... cuma ada 2 telapak yang kami temui. Katanya dulu ada beberapa, tapi dihapus oleh masyarakat setempat. Ada juga Gua yang sempit, namun karena takut ya intip-intip aja deh dari luar

Batu King Kong, Coba dilihat deh pelan-pelan, Mirip Gak?!

Cap Tangan Manusia Dulu....

Setelah Tracking yang lumayan jauh untuk mencapai batu KingKong ini, kami beristirahat sejenak. Sekalian nyobain air yang mengalir dari stalaktit.... Fresh water dari alam yang rasanya Wowww.... Seperti rasa air :) ..... Tapi Seger lho....


Setelah beristirahat sejenak, kita kembali lagi ke dermaga dan kembali melewati pematang sawah. Nam yang heboh liat bebek, angsa, dan kolam ikan nila, sampe ga berasa capeknya, tiba-tiba sudah kembali ke dermaga Kampung Berua.


Supaya ga buru-buru, kita langsung aja menyusuri sungai pute lagi menuju dermaga 1. Tetep ya belum puas nikmatin hutan KARST ini. Kami minta si Bapak jangan cepet-cepet melajukan perahunya, karena tadi pas berangkat kami agak cepat, nah sekarang pas pulang kami minta melambat, biar kami lebih lama melihat-lihat gugusan KARST.






Saking pelannya kami berjalan, kita berpapasan dengan sekelompok bebek, penting ya....?!?!?! Penting lah buat bocah seumuran Nam, happynya bukan main....


Alhamdulillah... kesampean juga kami kesini. Kami fully recommended deh buat yang berkunjung ke Makassar untuk mampir kesini. Jaraknya hanya kurang lebih 1 jam dari Makassar dan sangat aksessible. Semoga keindahan alam ini tetap terjaga ya, ga dirusak oleh tangan-tangan jahil. It's Four Tumbs Up Untuk RAMMANG-RAMMANG !!!! No Lebay....

#Wonderfull Indonesia


0 comments :

Post a Comment